Review Game Valorant – Anda yang seringkali menikmati game-game shooter kompetitif sepertinya tidak akan lagi asing dengan konsep yang ditawarkan oleh VALORANT. Dunianya dibangun dari sebuah kisah eksistensi manusia-manusia bumi istimewa yang tiba-tiba mendapatkan kekuatan khusus setelah sebuah event misterius bernama “First Light” mengemuka. Tidak ada yang tahu apa sebenarnya “First Light” ini, namun tidak sekedar memberikan kekuatan pada beberapa manusia, ia juga mendorong transformasi drastis pada kehidupan, teknologi, dan cara pemerintahan bekerja. Para manusia istimewa yang disebut sebagai “Radiants” ini dan mereka yang sekadar dipersenjatai dengan teknologi Radiant pun dikumpulkan oleh satu organisasi misterius bernama Valorant Protocol.

Sisanya? Seperti game yang difokuskan pada pengalaman multiplayer pada umumnya, kisah yang diusung VALORANT akan tumbuh dan berkembang seiring dengan lebih banyak event dan karakter yang diperkenalkan di masa depan. Satu yang pasti, kisah ini kemudian ditranslasikan dalam sebuah game multiplayer kompetitif yang memuat dua tim yang saling bertarung satu sama lain, dalam format 5 VS 5. Pada saat review ini ditulis, pertarungan terjadi di beragam belahan dunia dengan lokasi menawan dengan misi yang sama – dimana satu pihak berusaha memicu sebuah alat peledak masif bernama Spike, sementara tim yang lain berusaha untuk mencegahnya. Inilah konsep utama Valorant.

Gameplay yang Seru dan Unik

Karena Valorant ini bisa dibilang merupakan game gabungan antara CS:GO dan Overwatch, pastinya Valorant ini memiliki gameplay yang unik karena setiap karakter yang ada memiliki keunikan skill tersendiri yang berbeda-beda, namun tetap memperhatikan gameplay tactical dari CS:GO. Tidak seperti Overwatch yang berfokus pada skill, di Valorant ini kamu masih tetap mengutamakan penggunaan senjata untuk berperang. Bisa dibilang bahkan skill dari tiap karakter yang ada bukanlah penentu kemenangan karena tiap skill memiliki kegunaannya masing-masing, serta skill tersebut masih bisa diatasi dengan mudah.

Gaya seni minimalis Valorant disesuaikan untuk keterbacaan pertarungan.

Gaya seni minimalis Valorant juga dibuat khusus untuk keterbacaan pertarungan dalam pertandingan. Setiap isyarat visual, mulai dari kilatan moncong sederhana hingga ulti yang rumit, dapat langsung dikenali berkat seni yang terdefinisi dengan jelas. Saat Sage melemparkan bola lambatnya, bola itu terbang di udara dengan kilau biru cerah, sangat kontras dengan dinding batu bulat berwarna coklat yang ditemukan di sebagian besar peta. Bahkan baku tembak yang kacau pun tidak akan meremehkan kilau bola karena penekanan pada palet warna yang lebih sedikit. Meskipun saya bukan penggemar desain karakter yang tidak menginspirasi dan efek partikel datar, semuanya menyatu sedemikian rupa sehingga membuat interaksi mudah dipahami dari sudut pandang visual, dan saya menyukainya.

Baca Juga : Apex Legends Siap Bersaing Dengan Fortnite Dan PUBG

Tidak Pay to Win

Game yang kompetitif dan dikhususkan untuk kompetisi besar memang sebaiknya tidak pay to win. Seperti yang bisa kita lihat bahwa sejauh ini Valorant hanya menjual kosmetik seperti skin senjata, dan skin tersebut hanya mengubah penampilan saja, sama sekali tidak berpengaruh apa-apa selain tampilan.

Sistem Anti-cheat yang Baik

Riot Games memang menjanjikan sistem anti-cheat yang baik untuk Valorant, anti-cheat tersebut bernama Riot Vanguard. Jika dilihat-lihat sih memang Riot Vanguard merupakan sistem anti-cheat yang cukup ampuh karena hingga saat ini penulis masih belum menemukan cheater pada saat bermain Valorant. Meskipun ada, pastinya Riot tidak akan berdiam diri saja, mereka pasti akan melakukan sesuatu agar para cheater tidak berkeliaran di Valorant dengan cara memberikan hukuman kepada mereka. Bahkan kabarnya para cheater yang sempat menggunakan cheat di beta test pun tetap tidak bisa memainkan Valorant setelah global release. Jadi sebaiknya kamu jangan coba-coba sekalipun menggunakan cheat ya!